MY SECRETS

MY SECRETS


    Sebelumnya Aku tidak pernah menulis tentang diriku sendiri. Namun, karena ini bagian dari tantangan dari komunitas yang ku ikuti, aku akan sedikit bercerita tentang sedikit rahasia tentangku dan pengalaman paling berkesan dalam hidupku.



     Rani Alfieyani, itulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku untuk putri pertama mereka setelah beberapa kali di revisi. Rani Zainab, Rani Anggraeni, Rani Mukherjee pun sempat terlintas di pikiran ibuku karena sangat menyukai kecantikan artis bollywood itu. Tidak ada arti istimewa dari dua kata namaku itu mereka hanya menyingkat setiap awal kata dari namaku untuk bulan kelahiranku. Ra dari rani di ambil dari kata Rajab yang merupakan bulan lahirku. Al dari Alfieyani di ambil dari kata Alfatihah, yaitu surat pertama dari Alqur’an yang berarti anak pertama. Begitulah filosofinya, entah asli begitu atau mungkin sifat “tukang ngarang”ku ini memang turunan,hihihi.

    Aku lahir di cianjur dari pasangan asli cianjur pada tanggal 4 Desember 1994, yups ! akhir tahun ini usiaku genap 23 tahun dan belum menyandang predikat tua,kurasa :D. Aku tidak bisa menggambarkan kepribadianku seperti apa. Tapi, mungkin di akhir tulisan ini pembaca akan dapat mengambil kesimpulan masing-masing tentangku. Ayah dan ibuku menikah di usia yang cukup muda. Saat itu, ayahku berusia 25 tahun dan ibuku berusia 20 tahun, saat melahirkanku ibuku sangat kesakitan karena rambutku tebal sejak lahir dan mungkin melukainya, ibu membutuhkan waktu 50 hari untuk bangun dari tempat tidur dan pulih. Karena pengalaman pertamanya inilah ibuku berniat hanya memiliki satu anak saja, hadirlah aku saat itu menjadi anak semata wayang  penuh dengan kasih sayang, ayah dan ibuku sangat memanjakanku. Tapi, beberapa tahun setelah itu ibuku menghianati perkataannya dan memberiku 3 adik ( Sempat mogok makan bahkan kabur karena gak mau punya adik :D hehe). Tapi, kini justru ke 3 adikku inilah yang selalu menjadi teman baikku.

    Terbiasa mendapatkan apa yang aku mau sejak kecil menjadikanku anak yang penuh dengan obsesi dan ambisi, segala sesuatunya harus aku yang terbaik, ada sisi baik dan sisi buruk dari itu. Setelah tamat TK aku masuk SD, diakhir semester aku hanya mendapat peringkat 7 dan temanku yang mendapat peringkat 1 sangat di banggakan oleh semua orang .

“wah, dia memang anak pintar apalagi orangtuanya guru dan kepala sekolah” ucap salah seorang temanku. #BLUGG !! pulang kenaikan kelas aku uring-uringan tidak jelas, hati dan otakku terasa panas dan penuh dengan rasa iri.  Aku sangat tidak suka orang lain menjadi yang terbaik di kelasku, hingga akhirnya sepanjang  6 tahun di sekolah dasar aku menjadi pesaing terberat dia yang dulu menjadi juara kelasku 2-1-2-1-2 itulah peringkatku setelah kejadian itu, aku tidak suka ada anggapan bahwa pintar itu harus turunan.

    Saat masuk SMP ada teman sekelasku yang menghinaku yang hanya anak biasa dan tidak percaya prestasiku. “ini SMP negeri terfavorit, yang berisi orang-orang berkualitas dari keluarga terhormat, dan kamu Cuma orang miskin yang tidak mungkin bisa berkembang disini” kata sainganku. Apa yang terjadi setelah kalimat itu melintas bak petir di telingaku? #jengjengjeng … Dari kelas VII SMP sampai kelas XII SMK aku menjadi juara kelas dan sering memenangkan berbagai lomba yang di adakan se-kabupaten , keluargaku mungkin tidak terhormat laksana keluarga keraton, pejabat, atau konglomerat, tapi Ayah dan Ibuku lah yang berdiri dengan bangga di sampingku saat menerima beberapa penghargaan.

    Setelah tamat SMK aku berniat untuk kuliah dengan beasiswa yang ku dapatkan dari sebuah Universitas negeri. Tapi, saat itu kondisi ekonomi keluargaku sangat sulit, hingga aku memutuskan untuk bekerja keluar negeri di sebuah pabrik elektronik selama 2 tahun, setelah pulang dari sana seorang pria melamarku pada ayahku dan langsung di terima hingga akhirnya aku menikah pada Desember 2016 lalu. (#masih pengantin baru, hihihi). Banyak yang menyayangkan keputusanku menikah muda dan tidak kuliah, tapi apa yang sudah terjadi kuyakini sebagai hal terbaik dari sang pencipta untukku.

   Aku tidak memiliki banyak kawan sampai saat ini, itu dikarenakan ada dua sifat berlawanan pada diriku. Di satu sisi kata mereka aku adalah seseorang yang sulit bergaul, judes, penyendiri, dan kurang bersosialisasi. Itu mungkin kudapatkan akibat dari ibuku yang bukan ibu detol, upss !#iklan hihi. Sejak kecil ibuku jarang membiarkanku bermain di luar karena aku yang mudah sakit, so jadilah aku kurang bisa bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat di sekitar, dan lebih terbiasa dengan aktifitas di rumah dan sendiri, hingga sampai setelah menikahpun aku paling anti kumpul dengan tetangga untuk sekedar mengobrol bahkan arisan. Aku lebih nyaman di rumah dan mengerjakan apapun termasuk menulis, bahkan aku belanja sangat pagi karena menghindari ibu-ibu yang suka kepo binti usil ngajak bergosip ria.

 Saat ini aku tinggal di rumah suamiku berdua, di mana posisi rumah kami berada di tengah pesawahan yang memiliki pemandangan bukit cukup bagus.

                                                      (pemandangan belakang rumah).
   Dalam rumah tangga kami suamiku adalah tipe cuek, serius, kadang humoris tapi garing, sedangkan akulah yang memiliki peran cerewet, bawel bahkan romantis, hihi kebalik kan? Harusnya lelaki yang romantis, inilah sisi dalam diriku yang berlainan dengan sisi lainnya, temanku yang sangat dekat denganku menganggapku sebagai seseorang yang bawel, cerewet, dan tidak bisa diam, apalagi kalau sudah kambuh humoris dan romantisnya, bahkan teman wanitapun sempat baper.
kalo kamu cowok, udah aku gebet” katanya, hahaha.

       Di sisi ini aku memang memiliki kebiasaan totalitas. Jika sudah sayang terhadap seseorang akan sayang setulusnya dan sepenuhnya, entah itu teman, keluarga, atau suami. Jika sudah benci dengan sesuatu atau seseorang akan sulit untuk dihilangkan kecuali orang itu meminta maaf.  Pernah satu hari teman dekatku sakit dan sendiri di rumahnya, saat itu aku datang ke rumahnya dan merawatnya, menyuapinya, memberikan obat, dan menyelimutinya. Saat temanku itu hendak pacaran dengan pacarnya, aku menjadi obat nyamuk sekaligus penjaganya, hihihi.  Apalagi dengan suamiku yang memang sudah ku kenal sejak SMK, jangan Tanya hal apa yang bisa kulakukan untuknya. Begitulah sepenggal kisahku, saat ini aku berprofesi sebagai koki, make up artis, dan manager. 

    Aku menjadi koki di sebuah resto kecil bernama rumah, yang hanya memiliki 1 pelanggan setia yang selalu berkata “masakanku luar biasa enak”. Dialah suamiku, entah memang enak atau hanya takut tidak di masakin lagi, hahaha. Menjadi make up artis setiap pagi sebelum suamiku berangkat kerja, akulah yang menyiapkan baju, sepatu dan menata penampilannya agar rapih dan enak di lihat atasan  ( jangan harap aku bilang enak di lihat perempuan #asah golok). Terakhir, aku menjadi manager segala hal dalam rumah tangga, mulai dari manager keuangan, kebersihan, produksi makanan, dan masih banyak lagi yang menyenangkan bagiku, dan juga membanggakan.

     Ibu rumah tangga adalah profesi terhebat yang pernah kumiliki dan sangat ku nikmati, saat melihat orang lain berkarir aku kembali merasa iri seperti dulu. Tapi, senyum suamiku setiap pulang kerja mampu meredam rasa iri itu, biarlah sedikit ilmu yang ku peroleh di sekolah dan kupelajari dari pengalaman menjadi bekalku untuk mendidik anak-anakku kelak.

    Selama aku hidup, semua pengalaman memiliki kesan yang beragam dan tidak terlupakan. Dan ada satu yang mungkin sangat sangat dan paling berkesan dalam hidupku. Itu adalah saat aku hamil pertama. 
    Mei 2017 lalu, aku dinyatakan hamil 8 minggu oleh bidan, perasaan bahagia menyelimutiku dan seluruh keluargaku, apalagi aku anak dan cucu pertama di keluarga ayah dan ibuku, maka bayi ini kelak akan menjadi cucu pertama dan buyut pertama juga di tengah keluarga dari sisi ibunya, saking senangnya tentu aku mengabarkan berita bahagia ini pada kerabat dekat di media sosial milikku, aku menjadi sibuk dengan rasa bahagiaku dan lupa menjaga keberadaan janin di rahimku itu. Aku sangat menikmati rasa mual, dan tidak nafsu makan, padahal bayiku butuh asupan nutrisi di awal keberadaannya. Aku lebih suka makanan asam dan pedas dari pada buah-buahan dan sayuran saat itulah, kufur nikmat dan kurang syukur membuat Allah menegurku dengan cara yang tidak pernah ku duga. 

    Akhir mei aku jatuh sakit, badanku sangat panas. Aku berobat ke klinik dan bidanku tapi tidak kunjung sembuh, saat itu aku minta suamiku untuk mengantarkanku  ke rumah orangtuaku karena biasanya saat sering sakit dulu aku harus berada dekat ayah dan ibuku untuk cepat sembuh (semacam penyembuhan dari dalam,he) tapi, rupanya tidak berfungsi kali ini, saat suamiku tidak ada aku mengalami kejang dan suhu tubuhku semakin panas hingga akhirnya ayah menggendongku dan membawaku ke rumah sakit. Saat di periksa suhu badanku mencapai 41 derajat celcius dan aku di diagnosis mengidap typus dan terkena demam berdarah yang mengharuskanku di rawat inap, saat inilah aku mulai khawatir terhadap janinku.

    4 hari berlalu, malam itu tepat pukul 10 aku merasakan mulas yang luar biasa, perutku terasa sakit yang teramat sangat, aku mengerang dan memanggil ayahku yang memang sedang tidur di samping tempat tidurku, rasa sakit yang luar biasa ini terus berlanjut selama 4 jam hingga aku sudah tidak kuat lagi, sebelum itu siangnya aku sempat kejang dan di beri obat entah obat apa pada impusan yang ada di kedua tangan kanan dan kiriku, pukul 2 dini hari aku merasakan sesuatu keluar dari rahimku, dan aku langsung mengira bahwa itu adalah janinku dan meski ia di nyatakan sehat saat pertama aku masuk ke rumah sakit, setelah USG tenyata aku mengalami keguguran dan harus melakukan kuretase.

#BRUKKKK..!

     Saat itu pula aku terjatuh dan pingsan, air mata sudah tidak dapat lagi ku bendung. Setelah sadar aku menangis sejadi-jadinya, ayahku ikut meneteskan air mata sembari memelukku, begitupun dengan ibu dan suamiku yang merasa sedih, hatiku seolah hancur, tubuhku lemas tak berdaya, dan pikiranku melayang entah kemana. Aku yang sangat menginginkan bayi itu harus menelan kekecewaan yang dahsyat. Terasa seperti kehilangan seseorang yang bahkan belum ada. Aku terus menangis dan menangis hingga saat semua orang terlelap aku masih menyesali kepergian janinku. 

     Aku sadar mungkin inilah akibat yang ku dapatkan saat aku takabur dan lupa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan,tapi sekali lagi aku mendapati bahwa inilah kasih sayang Allah untukku. Allah tidak ingin membiarkan hambanya berlama-lama dalam kesesatan dan jalan yang salah. Sang pencipta mengingatkanku dengan cara ini, mengingatkanku bahwa di dunia ini tidak ada yang menjadi milikku dan kekuasaanku. Semua yang ada padaku adalah milik Allah dan bisa Allah ambil kapan saja. Dari sinilah aku kembali mengambil hikmah dan menyingkirkan segala kesedihanku.
Bismillah, insyaAllah aku ikhlas.

   Setelah 15 hari dan menjalani beberapa perawatan, akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang saat itu tepat seminggu sebelum hari raya idulfitri. Kini aku menjalani aktifitas seperti biasa, dan masih menekuni hoby menulis di dalam sebuah diary, hingga akhirnya aku di pertemukan dengan ODOP dan ini adalah tantangan pertama tentang aku dan pengalaman paling berkesan dalam hidupku, ia yang tak akan pernah kulupakan selam-lamanya.


     Sampai di rumah aku mengambil diary ku dan inilah yang ku tulis....

“Mamah selalu berkata jika ia rindu saat anak-anaknya tidak di rumah maka ia akan melihat foto anaknya dan tersenyum melihat wajah anak-anaknya yang ia kandung 9 bulan itu...
Tapi kini saat aku merindukan anak ku.. aku tidak memiliki satupun fotonya.. aku bahkan belum pernah melihat wajahnya..
Bagaimana aku bisa tersenyum ?
Ayah selalu menelpon saat ia rindu dan mencari topik pembicaraan untuk sekedar mendengar suaraku lalu ia akan merasa tenang saat mendengarku baik-baik saja..
Tapi kini saat aku benar-benar rindu pada anakku.. aku tidak bisa mendengar suaranya dengan cara apapun.. aku bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikam kerinduanku padanya..
Dia yang bahkan mungkin belum mengenal siapa yang mengandungnya..
Yang belum memiliki ruh untuk sekedar merasakan detak jantung ibunya..
Dia terpaksa pergi lebih dulu ..
Demi kesembuhan ibunya..
Penyesalan yang seperti itu bagaimana aku memperbaikinya..
Aku bahkan tidak bisa membuatnya kembali dalam dekapanku..
Sungguh... hingga detik ini..
Ibu merindukanmu nak..”

Ada yang datang dan ada yang pergi...
Ada juga yang pergi bahkan sebelum ia datang..
Ada yang memberi kebahagiaan dan ada juga yang memberi kesedihan..
Bahkan tanpa kedatangannya ada juga yang sudah memberi kebahagiaan hanya dengan kabar bahwa ia akan segera datang..
Ah.. untuk apa ku sesali..
Takdir sudah di tetapkan..
Untuk apa ku tangisi..
Qada dan Qadar tidak bisa di pungkiri..
Kini ku terima.. ku ikhlaskan segalanya..
Ada yang rindu.. ada juga yang melupakan..
Bahkan aku sangat merundukan yang seolah terlupakan..
Yang hadirnya tidak kesampaian..
Ibadah adalah tujuan utama.. Tidak ku biarkan duka menggoyahkannya.



Alfie.

Komentar

  1. Ulasan kisah nyata yang sangat detail... pagi2 bacanya bikin meleleh...semangat dan Sukses ya.......

    BalasHapus
  2. Semangat ya Mba, semoga Allah swt memberi ganti yang lebih baik,
    Suka dengan cara menyampaikannya, detail, tapi mengalir,
    Sukses terus ya Mba..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUJAN DIMALAM JUM'AT

ABAIKAN MIMPI BURUKMU !

SURAT YANG TERSIRAT DARI AYAH